TENTANG
ETHOS, PATHOS, LOGOS

Disusun Oleh:
NAMA : FAHMI ARIFUDIN
KELAS : G.5
NPP : 22.0936
KEMENTERIAN
DALAM NEGERI
INSTITUT
PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
DESEMBER-2012
MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KOORDINASI PEMERINTAHAN
TENTANG
ETHOS, PATHOS, LOGOS

Disusun Oleh:
NAMA : FAHMI ARIFUDIN
KELAS : G.5
NPP : 22.0936
KEMENTERIAN
DALAM NEGERI
INSTITUT
PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
DESEMBER-2012
i
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan YME atas segala
anugerah_Nya, kami dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan apa yang telah
kami pelajari. Penyusunan makalah ini merupakan serangkaian kegiatan yang akan
bermanfaat bagi kita semua.
Kami
mengharapkan kepada Ibu / Bapak Dosen dan juga teman - teman semua agar dapat
memanfaatkan makalah yang kami buat ini dengan sebaik-baiknya dan sebagaimana
mestinya.Hal tersebut agar makalah ini efektif.Dan apabila masih terdapat
kesalahan kami harapkan pertimbangannya.
Kepada yang telah membantu kami, kami sampaikan terima
kasih sebesar-besarnya.Dan apabila banyak kesalahan kami mohon maaf.
Penyusun
Jatinangor, 2012
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
…………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
Komunikasi…………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Etos, Patos, logos menurut KKBI …………………………… 2
B.
Pengertian
Etos, Patos, logos menurut Socrates…………………………. 3
C.
Ethos, Pathos, dan Logos Komunikator………………………………….. 4
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
……………………………………………………………. 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….……… 10
LAMPIRAN – LAMPIRAN…………………………………………..……… 11
iii
BAB I PENDAHULUAN
Semenjak manusia pada jaman
purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan
dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal dengan
berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum.
Seiring perkembangan tersebut
terjadi beberapa proses diantaranya adalah saling terjadinya sebuah komunikasi
antara individu satu dengan yang lain.
Komunikasi merupakan proses penyampaian isi pikiran dan perasaan
kepada orang lain, di dalam suatu proses diperlukan serangkaian kegiatan timbal
balik antar komunikator dengan komunikan.
Diawali oleh pengrim sumber yang berfungsi sebagai komunikator
menyandikan pesan dalam bentuk lambing-lambang komunikasI (bahasa lisan, tulisan,
gerak atau melalui media).
Selanjutnya pesan tersebut disalurkan secara langsung maupun tidak
langsung.Pesan yang disandikan tersebut kemudian dimaknai oleh penerima pesan
(komunikan) selanjutnya memberikan respon terhadap pesan yang diterima demikian
seterusnya berkesinambungan dan
bergantian.
Pengertian
Etos, Patos, logos menurut KKBI
(KAMUS
BESAR BAHASA INDONESIA)
etos /étos/ n pandangan hidup yang khas dari
suatu golongan sosial.
-- kebudayaan sifat,
nilai, dan adat-istiadat khas yang memberi watak kepada kebudayaan suatu
golongan sosial dalam masyarakat.
-- kerja semangat kerja yang menjadi ciri
khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.

pa·tosn 1 rasa simpati atau belas kasihan.
2 yg menimbulkan rasa kasihan, simpati, sedih, dsb.

Logos adalah isi yang
menyangkut pengumpulan fakta.
Pengertian
Etos, Patos, logos menurutSocrates
Socrates yang terkenal dan merupakan seorang
filsuf yang brilian meringkas inti komunikasi menjadi tiga konsep yang menarik
yang disebutnya etos, patos, dan logos.Etos mencakup karakter.Patos mencakup
perasaan belas kasihan.Logos mencakup isi.
Etos, menurut Socrates, berarti membangun
kredibilitas pengajar–kredensi atau hal-hal yang membuatnya bisa dipercaya.
Socrates tahu bahwa diri anda jauh lebih penting dari perkataan dan tindakan
anda, karena diri andalah yang MENENTUKAN apa yang anda katakan dan lakukan.
Dalam hal ini siapa anda akan menentukan bagaimana cara anda berkomunikasi dan
bisa dipercaya dalam komunikasi. Seorang akademis dan pemuka agama pasti punya
etos yang berbeda.Apalagi jika dia adalah seorang Raja atau Presiden.Semakin
tinggi dan populer statusnya maka etosnya harus semakin baik. Etos ini akan
menghasilkan kepercayaan pendengar kita. Faktor kepercayaan ini adalah
komoditas terbesar anda untuk melakukan komunikasi.
Patos, atau perasaan belas kasihan, berkaitan
dengan bagaimana komunikator membangkitkan semangat pendengar dan menggerakkan
emosi-emosi mereka. Hal ini akan menghasilkan MOTIVASI pendengar. Jika anda
berkomunikasi dengan perasaan yang benar dan menunjukkan bahwa anda memang
peduli maka pendengar anda akan senang sekali melakukan apa saja yang anda
ingin pendengar lakukan. Contoh: orang tua yang mengajar anaknya dengan kasih
maka anaknya akan menuruti perintah orang tuanya.
Logos adalah isi yang menyangkut pengumpulan
fakta.Hal ini menjadi alasan mengapa tindakan harus dilakukan oleh
pendengar.Logos atau bisa dikatakan juga ilmu memberikan pemikiran dan
pengertian. Dengan begitu para pendengar akan memahami alasan logis (masuk akal)
melakukan sebuah tindakan atau perintah. Para pendengar akhirnya bisa memahami
tindakan dan menjadikan tindakan itu miliknya. Contoh: Jika anda belajar dengan
baik maka anda akan mendapat nilai sesuai dengan kemampuan (hasil belajar)
anda.
Konsep komunikasi ini sangat berguna dan
bermanfaat bagi kita yang bekerja dalam bidang apapun. Sebagai seorang pengajar
(sekuler dan rohani) konsep ini harus terjadi dalam proses kita mengajar.
Sebagai manajer, pemimpin perusahaan, kepala bidang, dll hal ini juga sangat penting
ketika kita memimpin rapat atau pun ketika mengawasi kerja dilapangan. Sebagai
Politisi, Menteri, dan bahkan Presiden hal ini juga sangat penting diterapkan,
sehingga kebijakan, peraturan, keputusan, maupun instruksi bisa sampai dengan
baik dan dikerjakan dengan tepat. Sebagai orang tua kita juga harus mampu
menerapkan konsep ini sehinggat anak bisa dididik dengan baik.
Ethos, Pathos, dan Logos Komunikator
Ethos
Komunikator Ethos berarti “sumber kepercayaan” (source credibility) yang
ditunjukkan oleh seorang komunikator atau orator bahwa ia memang pakar dalam
bidangnya, sehingga oleh karena seorang ahli, maka ia dapat dipercaya.
Kepercayaan komunikan terhadap komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dianggap olehnya sebagai benar dan sesuai dengan kenyataan empiris.
Secara umum diakui pula bahwa keahlian seorang komunikator baik keahlian itu bersifat khas atau bersifat umum seperti yang timbul dari pendidikan yang lebih baik atau status sosial yang lebih tinggi atau jabatan profesi yang lebih tinggi akan membuat pesan yang dikomunikasikan menimbulkan daya pengaruh yang kuat dan besar.
Dengan demikian seorang komunikator menjadi source of credibility disebabkan adanya “ethos” (daya yang memancar) pada dirinya. Kalau menurut Aristoteles daya yang memancar dalan diri komunikator meliputi;
- good sense;
- good
moral character, and
- goodwill.
Atau kalau menurut para ahli masa sekarang ini diterjemahkan menjadi :
- itikad
baik (good intentions);
- dapat
dipercaya (trustworthiness);
- kecakapan
atau kemampuan (competence or expertness).
Jadi komunikator yang berethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan atau keahlian.
Seorang komunikator zaman sekarang menghadapi ratusan juta khalayak maka ethos mutlak harus dimiliki setiap komunikator . Apabila komunikator tidak memiliki ethos, maka setiap kegiatan komunikasi yang dilakukan kemungkinan akan menimbulkan efek bumerang yang menyebabkan ia kehilangan kepercayaan, kehormatan, dan wibawa.
Menurut
Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari dua unsur,
yaitu :
expertise (keahlian), dan trust worthiness (dapat diperaya)
expertise (keahlian), dan trust worthiness (dapat diperaya)
Untuk membedakan kedua unsur tersebut dapat dilihat pada contoh berikut; Nasihat dokter diikuti pasien-nya, karena dokter memiliki keahlian.Tetapi seorang pedagang memuji-muji dagangannya sukar untuk dipercaya, mungkin pedangang itu tidak memiliki trust wrthiness.
Untuk kedua unsur ethos tersebut para ahli lain menyebutnya berbeda :
untuk
expertness, Mc. Croskey menyebutnya authoritativeness; Markham menyebutnya
reliable-logikal; sedangkan Berlo, Lemert & Mertz menggunakan istilas
qualification.
Untuk trust worthiness, ahli lain menggunakan istilah safety, character, atau evaluative factor.
Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi menyatakan bahwa : “ ... ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan”.
Selanjutnya menurut Jalaludin Rakhmat bahwa unsur ethos tersebut berhubungan dengan jenis pengaruh sosial yang ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa tiga hal : internalisasi (internalization), identifikasi (identification), dan ketundukan (compliance). Internalisasi pada diri komunikan akan tumbuh setelah menerima pengaruh komunikasi dari seorang komunikator yang memiliki kredibilitas. Identifikasi pada diri komunikan akan tumbuh setelah menerima pengaruh komunikasi dari seorang komunikator yang memiliki sikap aktraksi (daya tarik) yang diterima komunikan tersebut. Begitu juga ketundukan pada diri komunikan akan tumbuh setelah menerima pengaruh komunikasi dari seorang komunikator yang memiliki kekuasaan.
Komponen pertama ethos menurut Jalaludin Rakhmat adalah kredibilitas.Kredibilitas adalah seperangkat persepsi yang dimiliki komunikan tentang sifat-sifat komunikator.Karena kredibilitas itu masalah persepsi, maka kredibilitas berubah-ubah tergantung pada pelaku persepsi (komunikan), topik yang dibahas, dan situasi.Seorang Penyelia mempunyai kredibilitas terhadap karyawan yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi tidak dihadapan para penyelia lainnya, apalagi dihadapan Top Manajer.
Dengan demikian kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikan.Oleh karena itu kredibilitas dapat berubah atau diubah, dapat terjadi atau dijadikan.
Menurut Kenneth E. Andersen bahwa : “hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikan tentang komunikator sebelum ia melakukan komunikasinya disebut prior ethos”.
Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal, diantaranya :
- Pengalaman
langsung (direct experience), karena sudah lama bergaul jadi dikenal integritas
kribadiannya.
- Pengalaman wakilan (vicarious experience), ketertarikan komunikan karena komunikator itu
sudah sering muncul di media massa atau sering mendengar namanya.
kribadiannya.
- Pengalaman wakilan (vicarious experience), ketertarikan komunikan karena komunikator itu
sudah sering muncul di media massa atau sering mendengar namanya.
- Prior ethos
karena sponsor (by sponsorship and§ endorsement), ketertarikan komunikan
karena (sponsor) pihak-pihak yang mendukung komunikator, atau bila organisasi yang
berstatus tinggi memperkenalkannya pada komunikan.
karena (sponsor) pihak-pihak yang mendukung komunikator, atau bila organisasi yang
berstatus tinggi memperkenalkannya pada komunikan.
-
Petunjuk-petunjuk non-verbal§ (intrinsic prior), ketika pembicara diperkenalkan
penampilannya kurang meyakinkan, tapi karena ketika mulai berbicara orang itu
mulai menarik perhatian
khalayak karena pemilihan kata-katanya tepat, isi yang disampaikan, dan kedalaman
uraiannya.
khalayak karena pemilihan kata-katanya tepat, isi yang disampaikan, dan kedalaman
uraiannya.
Hal-hal tersebut di atas merupakan kredibilitas sebagai persepsi. Selanjutnya menurut Jalaludin Rakhmat komponen-komponen kredibilitas adalah :
- Keahlian,
adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dengan
hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang tinggi pada keahliannya
dianggap cerdas, mampu, ahli, berpengalaman, dan terlatih.
hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang tinggi pada keahliannya
dianggap cerdas, mampu, ahli, berpengalaman, dan terlatih.
- Kepercayaan,
adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya
(Jujur atau tidak jujur, tulus atau lancung, dan sebagainya). Aristoteles menyebutnya “good
moral character”, sedang Quintillianus menyebutnya “a good man speaks well”.
(Jujur atau tidak jujur, tulus atau lancung, dan sebagainya). Aristoteles menyebutnya “good
moral character”, sedang Quintillianus menyebutnya “a good man speaks well”.
Sedangkan menurut Koehler, Annatol, dan Applbaum komponen kredibilitas itu ditambah lagi dengan :
- Dinamisme,
berkenaan dengan cara berkomunikasi, bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan
berani. Dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.
-
Sosiabilitas, adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang
periang dan
suka bergaul.
suka bergaul.
-
Kooreientasi, adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang
mewakili
kelompok dan nilai-nilai dari komunikan.
kelompok dan nilai-nilai dari komunikan.
- Karisma,
menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan
mengendalikan komunikan seperti magnet menarik benda-benda sekitarnya. Karisma terletak
pada persepsi komunikan.
mengendalikan komunikan seperti magnet menarik benda-benda sekitarnya. Karisma terletak
pada persepsi komunikan.
Menurut Richard Ricke dan Malcolm Sillars kredibilitas ada tiga macam, yaitu :
- Kredibilitas
tidak langsung, pembicara tidak menggunakan pernyataan-pernyataan khusus dari
orang lain atau pernyataan pribadi yang langsung mengenai karakter pribadinya.
orang lain atau pernyataan pribadi yang langsung mengenai karakter pribadinya.
- Kredibilitas
langsung, pembicara membuat pernyataan langsung mengenai dirinya.
- Kredibilitas
sekunder, pembicara menggunakan kredibilitas orang lain sebagai dasar
argumentasinya.
argumentasinya.
Komponen kedua
ethos menurut Jalaludin Rakhmat adalah atraksi. Faktor-faktor situsional yang
mempengaruhi atraksiyaitu :daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan
kemampuan. Dalam masalah kesamaan telah dibahas di muka dalam homophily dan
heterophily.
Komponen ketiga ethos menurut Jalaludin Rakhmat adalah kekuasaan.Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya pada orang lain, karena komunikator memiliki sumber daya yang sangat penting (critical resources).
Berdasarkan sumber daya yang dimilinya, French dan Raven membagi jenis-jenis kekuasaan dalam :
a) Kekuasaan
koersif (coersive power), menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan
ganjaran dan hukuman pada komunikan. Ganjaran dan hukuman dapat bersifat
personal (misalnya benci atau kasih sayang) juga dapat bersifat impersonal
(kenaikan pangkat atau pemecatan, termasuk perkataan dosen yang akan tidak
meluluskan mahasiswa kalau mengumpulkan tugas terlambat).
b) Kekuasaan keahlian (expert power), berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator. Misal dosen dituruti oleh mahasiswa `untuk menafsirkan suatu teori.
c) Kekuasaan informasional (informational power), berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki komunikator. Misal ahli komputer dapat diterima sarannya untuk pengadaan kumputer di suatu instansi.
b) Kekuasaan keahlian (expert power), berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator. Misal dosen dituruti oleh mahasiswa `untuk menafsirkan suatu teori.
c) Kekuasaan informasional (informational power), berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki komunikator. Misal ahli komputer dapat diterima sarannya untuk pengadaan kumputer di suatu instansi.
d) Kekuasaan rujukan (reference power), disini komunikan menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya apabila komunikator berhasil menanamkan kekaguman sehingga diteladani perilakunya. Contoh perilaku Nabi diikuti ummatnya.
e) Kekuasaan legal (legitimate power), ini sama dengan otoritas legal rasional, seperti dibahas di muka. penelitian psikologis tentang penggunaan kekuasaan menunjukkan bahwa orang memilih jenis kekuasaan yang dimilikinya tidak secara rasional. Hasil penelitian Heilman & Garner menunjukkan :Komunikan akan lebih baik diyakinkan untuk melakukan perilaku yang tidak disukai dengan dijadikan ganjaran dari pada diancam dengan hukuman. Ancaman yang kuat malah menimbulkan bumerang akan jadi melawan.
Efektifitas ancaman dapat ditingkatkan apabila komunikator memberikan alternatif perilaku ketundukan dan komunikan dapat memilih walau terbatas.
Selanjutnya
hasil penelitian Kipnis menunjukkan bahwa :
Kekuasan
informasional sering kali digunakan bila komunikator memandang prestasi
komunikan yang kurang baik disebabkan oleh kurangnya motivasi.Bila atasan
melihat prestasi bawahan jelek karena kemampuannya jelek, maka akan mengguakan
keahliannya.
Sedangkan
hasil penelitian Goodstadt & Hjelle menunjukkan bahwa :
kekuasan
koersif umumnya digunakan bila komunikator menganggap komunikan tidak melakukan
anjuran dengan baik karena bersikap negatif atau mempunyai kecenderungan
melawan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Etos adalah suatu
pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial.
Patos adalah suatu perasaan belas kasihan.
Logos adalah isi yang
menyangkut pengumpulan fakta.
DAFTAR
PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia
LAMPIRAN
– LAMPIRAN
Etos

Pothos

Tidak ada komentar:
Posting Komentar